Banjarnegara – Tak banyak orang yang bisa konsisten berbuat kebaikan selama hampir satu dekade. Namun, Turiman, sosok sederhana dari Banjarnegara ini, telah membuktikan bahwa ketulusan dan kerja nyata bisa menjadi kekuatan besar dalam perubahan sosial. 

Sejak 16 April 2016, ia memulai langkah kecil namun berdampak besar melalui gerakan Jumat Barokah Banjarnegara (JBB)—sebuah inisiatif sarapan gratis yang kini telah menjelma menjadi gerakan sosial lintas kecamatan.

Berawal dari Kampung Prajuritan, di sebelah utara RSUD Hj. Anna Lasmanah, Turiman memborong habis dagangan Mbah Jono, seorang penjual sarapan lokal. Nasi bungkus dan bubur sumsum yang biasanya dijajakan satu-satu, pagi itu ludes diborong dan dibagikan secara cuma-cuma kepada warga. 

Sambutan hangat dan kebahagiaan yang terpancar dari para penerima membuat Turiman yakin bahwa langkah kecil ini pantas diteruskan.

Tahun berikutnya, gerakan ini dilegalkan secara hukum menjadi sebuah yayasan. 

"Kita belajar dari Rumah Hati Jogja dan Sekolah Relawan di Depok. Banjarnegara juga harus punya gerakan sosial seperti ini," kenang Turiman.

Dengan dukungan media lokal dan penyebaran informasi melalui media sosial, JBB mulai dikenal luas. Tak hanya sarapan gratis, JBB juga berbagi sembako, santunan pendidikan, hingga membantu siswa yang kesulitan membayar SPP. 

Beberapa anak bahkan dibelikan sepeda untuk menunjang sekolah mereka, dan kini ada yang sudah lulus kuliah berkat bantuan JBB.

Pandemi COVID-19 tak menghentikan langkah JBB. Justru di tengah krisis, mereka semakin aktif membantu, membagikan sembako ke masyarakat terdampak. 

Ramadan, anak-anak yatim dan dhuafa diajak berbelanja kebutuhan lebaran, sebuah momen yang selalu dinanti setiap tahun.

Jumat, 18 April 2025, JBB kembali menggelar kegiatan sarapan gratis di Desa Bantarwaru, Kecamatan Madukara. Supiah, penjual nasi rames dan bubur sumsum menjadi mitra kali ini. Dagangannya langsung habis diborong dan dibagikan, meninggalkan senyum di wajah warga yang menerima. 

“Dulu kami hitung jumlah kegiatannya. Sekarang sudah tak sempat karena jangkauan makin luas. Kami bahkan menjangkau seluruh kecamatan,” ujar Turiman.

Yang unik, gerakan ini benar-benar nonpartisan. 

“Banyak yang mengira kami dari partai politik, padahal ini murni gerakan sosial dari masyarakat untuk masyarakat,” tambahnya.

Kini, selain JBB, Turiman lebih fokus menggerakkan Gerakan Infaq Beras (GIB) Banjarnegara, yang merupakan bagian dari jaringan nasional GIB yang dipelopori KH Luqmanul Hakim, pendiri Masjid Kapal Munzalan di Pontianak. 

GIB menghimpun donasi untuk membeli beras terbaik dan membagikannya ke pesantren-pesantren di seluruh Banjarnegara.

Dalam tiga tahun terakhir, puluhan pondok pesantren dan ratusan santri telah menerima manfaat dari GIB Banjarnegara. 

“Saya tak pandai berdakwah. Tapi saya bisa jadi jembatan kebaikan, menghimpun donasi dari orang-orang baik, lalu menyalurkannya ke santri penghafal Al-Qur’an. InsyaAllah ini amal yang bermanfaat dunia akhirat,” ungkap Turiman.

Kini, GIB Banjarnegara tercatat sebagai salah satu cabang dengan donasi tertinggi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan capaian sekitar Rp60 juta per bulan. 

Capaian ini bukan hanya angka, tetapi cerminan kepercayaan masyarakat terhadap gerakan yang dikelola dengan transparan dan penuh komitmen.

Sembilan tahun bukan waktu yang singkat. Dalam kurun itu, Jumat Barokah Banjarnegara telah menjelma menjadi simbol solidaritas dan harapan. Bersama Gerakan Infaq Beras, Turiman menunjukkan bahwa satu orang dengan niat tulus bisa menggerakkan perubahan besar.

Semoga kisah inspiratif ini menjadi pemantik semangat bagi banyak orang untuk ikut serta menebar kebaikan di tengah masyarakat. Karena seperti kata pepatah, “Setiap kebaikan, sekecil apa pun, tak akan pernah sia-sia.”