
Klathak Pak Darto: UMKM Legendaris yang Tetap Renyah di Tengah Gempuran Zaman
Di tengah gempuran snack instan dan tren camilan kekinian, klathak milik Pak Darto tetap menjadi favorit, bahkan menjadi buah tangan wajib dari Leksana.
Banjarnegara – Di balik sejuknya udara Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, tersimpan aroma gurih dari kisah perjuangan UMKM legendaris: Klathak Pak Darto. Selama lebih dari 30 tahun, suara khas “thak, thek, thak, thek” dari alat pembuat klathak masih bergema dari dapur rumah Pak Darto dan istrinya.
Tak banyak yang menyangka, pasangan suami istri yang telah melewati usia lebih dari 60 tahun ini, masih setiap hari memproduksi jajanan tradisional klathak, camilan renyah berbahan dasar tepung singkong. Mereka mempertahankan metode produksi manual, tanpa mesin modern, dan tetap setia pada resep warisan keluarga.
“Ya wis suwe, wong kit anake rung lahir, nganti saiki anake duwe putu umur 15 tahun,” tutur Pak Darto sambil tertawa, saat ditanya kapan mulai merintis usaha.
Sebelum berjualan klathak, Pak Darto sempat mencicipi berbagai pekerjaan, mulai dari bertani hingga membantu di sekolah. Namun hatinya terpaut pada dunia usaha sendiri. Dan dari kesederhanaan itulah, ia membangun ketahanan ekonomi keluarga.
Dalam dunia kuliner yang terus bergeser ke arah modernisasi, klathak Pak Darto menjadi simbol perlawanan sunyi. Bukan sekadar makanan, tapi juga warisan budaya.
Di tengah gempuran snack instan dan tren camilan kekinian, klathak milik Pak Darto tetap menjadi favorit, bahkan menjadi buah tangan wajib dari Leksana.
Kini, usaha ini tak hanya menjadi sumber penghidupan, tapi juga menjadi inspirasi. Sebuah bukti nyata bahwa UMKM berbasis rumah tangga bisa bertahan, berkembang, dan menjadi bagian penting dari identitas lokal.